Kekayaan pengalaman batin,
senantiasa membuatmu bergairah. Tapi nanti dulu, berkeliling dunia juga memperkaya pengalaman batin, mendaki semua gunung2 tinggi, memecahkan rumus2 fisika setelah melakukan penelitian di pedalaman2, menulis banyak novel sambil bertualang, bermeditasi berbulan2 di Nepal, semua memperkaya pengalaman batin, tetapi semua itu tidak ada gunanya kalau tidak memberi manfaat bagi orang lain. Itu satu2nya kritik terhadap dunia pencinta alam, terkadang petualangan diproyeksikan hanya dengan prestasi yang berkaitan dengan angka2, kebut gunung dalam 20 menit, ekspedisi 100 gunung dalam seminggu (eh, gak mungkin ya?). Jarang yang: menemani anak2 pengidap asma ke gunung dan ke pantai setiap akhir minggu, mengajak anak2 jalanan menghirup oksigen bersih di bawah pegunungan atau bahkan anak2 kaya kota diajak berkeliling melihat kotanya menunjukkan sungai2 yang kotor tercemar, kalau mungkin membersihkannya.
Mungkin itu yang bisa dilakukan perempuan2 petualang pada awalnya. Banyak orang umum mengecam dunia petualangan alam bebas (apalagi kalau penggiatnya perempuan), menurut saya, ya karena mereka tidak melihat gunanya untuk orang lain maupun alam, minimal untuk sekitarnya. Petualang dianggap orang yang egois, memproklamirkan diri sebagai orang bebas, tapi jadi terkesan gak pedulian, tidak berbahaya memang, tetapi seperti orang yang kesannya ada atau gak ada sama aja gitu lho... sibuk dengan dunianya sendiri.
Perlu kita sadari, setiap orang punya ketertarikan, prioritas dan kemampuan sendiri2.... Saya hanya bisa katakan, “Jadilah dirimu sendiri, tengok lekat2 dunia di luar jendela sana dan diamlah - ada banyak hal yang tidak berada pada tempatnya - nanti hatimu yang akan mengatakan apa yang harus kau lakukan... banyak yang bisa dilakukan dengan potensi kepetualanganmu” Dan setelah itu, lakukan saja, tidak perlu banyak bicara. Salam damai.
No comments:
Post a Comment
Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)