hmm.. |
Plato
menggunakan “mimesis” sebagai bagian dari “representasi” atau “imitasi”.
Aristoteles melihat mimesis itu lebih dari sekedar imitasi terhadap realita.
Menurutnya konsep ini merujuk pada representasi dari tipe-tipe dan tindakan
manusia pada umumnya daripada imitasi dari alam.
Seniman tidak mengimitasi realita
maupun alam, tetapi merepresentasikan alam atau realita itu. Menurut pandangan
ini, mimesis adalah gambaran dari apa yang memungkinkan, jadi hasil karya seni
tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.
Perbedaan
karya seni dan karya non-seni bila dilihat berdasarkan teori mimesis, maka akan
terlihat dari pembuatan seni itu sendiri. Serupa dengan pernyataan Plato
mengenai penggunaan mimesis, hasil karya seni maupun non-seni akan dilihat
teori ini sebagai apa yang memungkinkan.
Formalisme adalah doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk
yang bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain. Corak-corak elemen formal adalah garis, bentuk, warna dan sebagainya, yang dapat
dikombinasikan untuk memproduksi keseluruhan gaya dan efek.
Formalisme
tumbuh dari estetika "seni untuk kepentingan
seni" (Art for Art’s Sake) pada abad ke-19, aktivitas arstistik sebagai akhir dalam tubuhnya sendiri. Para
pengikut dari formalisme murni memandang karya seni dengan bebasnya berdasarkan konteks,
fungsi dan isinya. Mereka merespon terhadap elemen formal dan efek estetikanya.
Jika
kembali melihat berdasarkan teori ini formalisme, maka akan membuahkan hasil
yang cukup menarik. Dipandang seni apabila konteks, fungsi dan isinya mewakili
apa yang digambarkan oleh pembuatnya. Bila dibuat masal, tentu saja itu
bukanlah sebuah seni, melainkan kerajinan.
Teori
institusional seni menyatakan ada lima elemen yang dipandang menentukan
terbentuknya praktik seni, yaitu: seniman, karya seni, publik, medan sosial
seni, dan sistem dalam medan sosial seni. Secara spesifik masing-masing elemen
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
·
Seniman adalah orang yang terlibat melalui
pemahaman dalam proses pembuatan karya seni. Di sini seniman adalah individu
yang memahami gagasan tentang seni hingga ia mengetahui aktivitas yang akan
dimasukinya, dan juga memiliki pemahaman terhadap medium atau media artistik
tertentu yang digunakannya.
·
Karya seni adalah artefak yang dibuat untuk
dipresentasikan kepada publik medan sosial seni. Pengertian karya seni sebagai
artefak di sini berhubungan dengan pemahaman terhadap posisi benda seni dalam
budaya material. Artinya menyangkut klasifikasi benda buatan manusia secara
kultural. Di sini sifat keartefakan benda seni mengandung apa yang disebut
dengan kandidat apresiasi.
·
Publik adalah sekumpulan
orang yang secara khusus telah memiliki tingkat kesepahaman sama untuk memahami
objek yang dipresentasikan kepada mereka. Publik di sini spesifik dalam
pengertian publik medan sosial seni, yang memiliki kesepakatan dalam situasi
tertentu. Artinya, seperti seniman, mereka memahami gagasan dasar seni dan
pemahaman minimal terhadap medium atau media seni tertentu.
·
Medan sosial seni adalah
totalitas semua sistem medan sosial seni. Artinya medan sosial seni merupakan
kumpulan dari sistem-sistem yang berbeda, seperti seni lukis, sastra, teater
dstnya. Kumpulan tersebut tidaklah teratur melainkan berubah bersama setiap
waktu dalam cara yang arbitrer. Ini disebabkan medan sosial seni terbentuk
secara kultural. Ia akan terjelaskan dalam komponen terakhir: sistem medan
sosial seni.
·
Sistem medan sosial seni adalah
kerangka kerja dalam mempresentasikan karya seni yang dibuat oleh seniman
kepada publik medan sosial seni. Pengertian sistem medan sosial seni ini
merangkum dan menjelaskan kesalinghubungan empat elemen sebelumnya.
Teori ekspresi merupakan teori dalam
filsafat seni yang menekankan pada sisi ekspresi. Teori ekspresi bertentangan
dengan teori imitasi. Seni murni adalah seni yang mampu “menginfeksi”
audience, sehingga apa yang yang dirasakan seniman juga dirasakan oleh
audience. Dalam teori ekspresi, karya seni dalam bentuk fisik dianggap
tidak penting. Namun yang penting adalah pemikiran, ide dan konsep seniman
serta bagaimana audience dapat merasakan apa yang dirasakan
seniman. Berdasarkan teori ekspresi, suatu seni dikatakan bagus, jika
pesan atau ekspresi yang ingin disampaikan seniman sama dengan pesan yang
diterima oleh audience.
Secara keseluruhan sangat nampak
bahwa pembeda dari karya seni dan karya non-seni adalah pada pembuatnya. Tentang
cara pandang dan berbagai hal yang mewakili dalam karya seni akan sangat
tergambar pada kuantiti yang dihasilkan. Bukan tidak memandang kualitas, namun ketika
sebuah karya seni dihasilkan murni atau secara forma memberikan gambaran bahwa
itu adalah satu – satunya dan diakui, maka itulah sebuah karya seni dan
pemaknaannya. Apabila karya seni yang dihasilkan lebih dari satu, bahkan lebih,
maka sudah dipastikan karya tersebut adalah sebuah kerajinan. Secara mudahnya
bisa dilihat dalam pembuatan songket tenun. Songket yang dibuat terkadang
memiliki makna tersendiri dan memiliki motif yang berbeda dari lainnya, bahkan
bisa jadi sebagai ajang pameran. Namun ketika songket tenun memiliki motif yang
sama, maka itu adalah songket tenun kerajinan. Sama halnya dengan lukisan.
mampir di blog ini
ReplyDeletega bikin bet
makasih gan info info nya