Oct 19, 2015

Filsafat Seni ; Teori Mimesis, Formalis, Institusionalis, Ekspresionalis

           
hmm..
 Mimesis berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ‘Imitasi’, ‘copy’ , ‘representasi’, ditemukan di mana-mana di filsafat seni dan memiliki representasi bermacam-macam. Sesuatu di bilang karya seni yang bagus apabila semakin mendekati realita. Realita yang seperti apa? Realita yang bisa kita indrai atau kita lihat, kita rasakan dan kita dengar.

            Plato menggunakan “mimesis” sebagai bagian dari “representasi” atau “imitasi”. Aristoteles melihat mimesis itu lebih dari sekedar imitasi terhadap realita. Menurutnya konsep ini merujuk pada representasi dari tipe-tipe dan tindakan manusia pada umumnya daripada imitasi dari alam.
Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan alam atau realita itu. Menurut pandangan ini, mimesis adalah gambaran dari apa yang memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.
            Perbedaan karya seni dan karya non-seni bila dilihat berdasarkan teori mimesis, maka akan terlihat dari pembuatan seni itu sendiri. Serupa dengan pernyataan Plato mengenai penggunaan mimesis, hasil karya seni maupun non-seni akan dilihat teori ini sebagai apa yang memungkinkan.
            Formalisme adalah doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk yang bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain. Corak-corak elemen formal adalah garis, bentuk, warna dan sebagainya, yang dapat dikombinasikan untuk memproduksi keseluruhan gaya dan efek.
            Formalisme tumbuh dari estetika "seni untuk kepentingan seni" (Art for Art’s Sake) pada abad ke-19, aktivitas arstistik sebagai akhir dalam tubuhnya sendiri. Para pengikut dari formalisme murni memandang karya seni dengan bebasnya berdasarkan konteks, fungsi dan isinya. Mereka merespon terhadap elemen formal dan efek estetikanya.
            Jika kembali melihat berdasarkan teori ini formalisme, maka akan membuahkan hasil yang cukup menarik. Dipandang seni apabila konteks, fungsi dan isinya mewakili apa yang digambarkan oleh pembuatnya. Bila dibuat masal, tentu saja itu bukanlah sebuah seni, melainkan kerajinan.
            Teori institusional seni menyatakan ada lima elemen yang dipandang menentukan terbentuknya praktik seni, yaitu: seniman, karya seni, publik, medan sosial seni, dan sistem dalam medan sosial seni. Secara spesifik masing-masing elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
·         ­Seniman adalah orang yang terlibat melalui pemahaman dalam proses pembuatan karya seni. Di sini seniman adalah individu yang memahami gagasan tentang seni hingga ia mengetahui aktivitas yang akan dimasukinya, dan juga memiliki pemahaman terhadap medium atau media artistik tertentu yang digunakannya.
·         Karya seni adalah artefak yang dibuat untuk dipresentasikan kepada publik medan sosial seni. Pengertian karya seni sebagai artefak di sini berhubungan dengan pemahaman terhadap posisi benda seni dalam budaya material. Artinya menyangkut klasifikasi benda buatan manusia secara kultural. Di sini sifat keartefakan benda seni mengandung apa yang disebut dengan kandidat apresiasi.
·         ­   Publik adalah sekumpulan orang yang secara khusus telah memiliki tingkat kesepahaman sama untuk memahami objek yang dipresentasikan kepada mereka. Publik di sini spesifik dalam pengertian publik medan sosial seni, yang memiliki kesepakatan dalam situasi tertentu. Artinya, seperti seniman, mereka memahami gagasan dasar seni dan pemahaman minimal terhadap medium atau media seni tertentu.
·         ­   Medan sosial seni adalah totalitas semua sistem medan sosial seni. Artinya medan sosial seni merupakan kumpulan dari sistem-sistem yang berbeda, seperti seni lukis, sastra, teater dstnya. Kumpulan tersebut tidaklah teratur melainkan berubah bersama setiap waktu dalam cara yang arbitrer. Ini disebabkan medan sosial seni terbentuk secara kultural. Ia akan terjelaskan dalam komponen terakhir: sistem medan sosial seni.
·         ­   Sistem medan sosial seni adalah kerangka kerja dalam mempresentasikan karya seni yang dibuat oleh seniman kepada publik medan sosial seni. Pengertian sistem medan sosial seni ini merangkum dan menjelaskan kesalinghubungan empat elemen sebelumnya.

            Teori ekspresi merupakan teori dalam filsafat seni yang menekankan pada sisi ekspresi. Teori ekspresi bertentangan dengan teori imitasi. Seni murni adalah seni yang mampu “menginfeksi” audience, sehingga apa yang yang dirasakan seniman juga dirasakan oleh audience. Dalam teori ekspresi, karya seni dalam bentuk fisik dianggap tidak penting. Namun yang penting adalah pemikiran, ide dan konsep seniman serta bagaimana audience dapat merasakan apa yang dirasakan seniman. Berdasarkan teori ekspresi, suatu seni dikatakan bagus, jika pesan atau ekspresi yang ingin disampaikan seniman sama dengan pesan yang diterima oleh audience.

            Secara keseluruhan sangat nampak bahwa pembeda dari karya seni dan karya non-seni adalah pada pembuatnya. Tentang cara pandang dan berbagai hal yang mewakili dalam karya seni akan sangat tergambar pada kuantiti yang dihasilkan. Bukan tidak memandang kualitas, namun ketika sebuah karya seni dihasilkan murni atau secara forma memberikan gambaran bahwa itu adalah satu – satunya dan diakui, maka itulah sebuah karya seni dan pemaknaannya. Apabila karya seni yang dihasilkan lebih dari satu, bahkan lebih, maka sudah dipastikan karya tersebut adalah sebuah kerajinan. Secara mudahnya bisa dilihat dalam pembuatan songket tenun. Songket yang dibuat terkadang memiliki makna tersendiri dan memiliki motif yang berbeda dari lainnya, bahkan bisa jadi sebagai ajang pameran. Namun ketika songket tenun memiliki motif yang sama, maka itu adalah songket tenun kerajinan. Sama halnya dengan lukisan.

1 comment:

Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)