Jul 27, 2013

Kebelet

lucu juga sewaktu nulis ini. beberapa terasa bukan sebenarnya tapi aku terbawa akan kenyataan yang terus berjalan. perjalanan yang mungkin akan berlalu dengan cepat tanpa dengan perayaan atau dinyatakan tidak tidak lulus bahkan peristiwa yang tak terduga. dan aku juga tahu bahwa kata surrender terkadang harus diucapkan untuk melihat senyum yang belum nampak dikedua pipimu.

"hambok kamu senyum dikit, kalau ada masalah ya bilang, jangan dipendam sendiri"

"bukan itu nik masalahnya"

"nah terus apa lagi yang kamu pikirin? kalo boleh jujur, wajahmu lucu juga kalau sedang cemberut"

"ah malah bercanda saja tho kamu ini. aku seriusan" sambil nyablek lenganku.

"haha ha yowis, bilang aja kamu mau apa?"

"aku kebelet ... "

"walah, knapa nggak bilang dari tadi. ayok sinih tak anterin" siap dan bergegas. "ayok kok malah diem aja kamu ni, ntar lepas disini kan juga ndak enak sama yang lain"

"bukan kebelet itu, tapi ... "

ya begitulah saat narasi sedang dibentuk di kepala sambil musik terus menggeliat tanpa aku mengerti geliat apa yang barusan terjadi. mungkin kehilangan file naskah yang mau diajukan sebagai buku itu rasanya nggak beraturan. mulai inget dari pertama nulis sampai beberapa kejadian, ya semisal diatas tadi itu. banyak kalimat ndak efektif terus terpakai tapi cocok buat dibaca.

kalau seandainya jadi terbit dan namaku termuat dalam susunan para penulis kan seru juga. tapi aku tetep mau sama kamu (hubungane opo e, hehe..). yang jelas waktu terus bejalan bukan untuk menunggu kita berdiam tapi aku, kamu, dan mereka adalah tokoh yang nyata. berkumpulnya cerita pendek dan menghasilkan sedikit titik bertuliskan

bersambung... :)

Jul 19, 2013

Toko Roti

"Hari ini kita selesai sudah, ketemu dua bulan lagi ya teman-teman." ~ kata seorang laki-laki pemilik toko mungil yang menjual roti di kota orang.

Entah apa yang dipikirkan orang itu. Dia rela menutup tokonya yang baru berdiri beberapa bulan di kota yang terkenal dengan jalan yang memiliki nama hampir seperti merk rokok. Dengan tekat dia bangun dan mampu membuat terkenal seketika toko yang berada tak jauh dari pusat perbelanjaan. Tapi mengapa disaat seperti ini dia harus menutup tokonya. Jauh sebelum itu..

"Mas!! mari sini duduk, aku lihat kamu dari tadi di depan situ saja. Sudah makan belom?"

"Iya mas. Belom, saya belom makan dari pagi kemarin."

"Apa? Bagaimana bisa kamu belom makan dari kemarin? Aku lihat wajahmu begitu segar dan kau terlihat baik."

dari situlah aku mungkin terlihat akrab dengan dia, seorang pemilik toko roti yang tidak pernah henti berbagi senyum kepada siapapun termasuk aku.

bersambung..