karena setiap untai kata akan terangkum oleh
residu yang menetes nada alunannya. sama seperti aku mengingat nada ketika langkah mulai terangkat kedepan dengan penuh kelantangan, penuh dengan rasa runtuh, namun langkah awal berdrama itu seiring dengan duniaku duniamu yang kau sebut sama, tapi seberapa sering semua tersebut hanyalah kritik tanpa solusi.
aku dan kau berjuang dengan bahasa, melawan kebodohan yang terus berkuasa datang menghampiriku terus bercerita mengenai keadilan yang telah lama hilang. buat tinta membuka semua rahasia, kata-kata yang hilang terus mengejar ambisi yang terancam hilang hingga ku hanya dapat percaya pada diri-nya dengan dirinya.
ada berapa pertanyaan yang masih ingin kujawab, namun belum lagi engkau tanyakan atau entah 'lupa' yang datang dan menjemput lebih awal. masih melekat ucapmu ketika berada diketinggian abnormal itu, berdua bejalan melangkahkan kaki (lagi) setelah beberapa jam beristirahat di atap yang cukup untuk enam manusia tertidur.
entah mungkinkah kau lupa satu pertanyaan itu atau tidak, yang pasti satu pertanyaan itu terucap dua kali dari indra pengecapmu saat beristirahat sejenak, dan aku masih teringat akan itu..
"tidak dapat dimengerti sekalipun karena hanya akal yang sampailah yang memahami, kita bukan mahluk rasional tetapi berusaha merasionalkan segala hal.."
No comments:
Post a Comment
Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)