Agustino Steuco |
Agustino
Steuco lahir di kota pegunungan Umbrian di daerah Gubbio antara tahun 1497 atau
awal 1498. Ia mulai memasuki jamaat Augustiniani di kota kelahirannya tahun
1512 atau 1513 dan menetap hingga tahun 1517.
Selanjutnya pada tahun 1518-1552
sebagian besar waktunya digunakan untuk mengikuti perkuliahan di Universitas
Bologna. Disitulah ia memulai tertarik pada bidang bahasa dengan banyak belajar
tentang bahasa Aram, Syiria, Arab dan Etiopia disamping bahasa Yahudi dan
Yunani.
Karya
paling masyhur dari Steuco adalah De
Perenni Philosophia, karya yang mendapat sambutan hangat dari kalangan
para pemikir hingga dua abad kemudian. Namun setelah itu berangsur-angsur mulai
dilupakan hingga kemudian William menemukannya kembali pada akhir abad XIX .
Pada abad XVII buku tersebut mendapat penghargaan yang demikian tinggi sehingga
Kaspevon Barth (1587-1658) menyebutnya sebagai “A Golden Book” dan
Daniel Goerg Marhof “Opus Admirable”.
Steuco
menyatakan tujuan filsafat adalah pengetahuan tentang Tuhan, dan dengan
demikian, adalah kesatuan yang nyata dengan-Nya. Selanjutanya “filsafat yang
sejati dan sempurna” adalah yang jatuh melampaui yang lain, menunjukkan tentang
Tuhan, dan paling jelas dalam mengembalikan segala sebab dan prinsip kepada
sumber Tunggal, yaitu Tuhan.
Steuco
menjelaskan bahwa hikamah yang secara murni berasal dari ilahi, pengetahuan
suci yang diberikan Tuhan kepada Adam, yang bagi sebagian orang secara perlahan
banyak dilupakan dan dialihkan kepada hidup yang penuh mimpi agama dan filsafat
bersifat theosis (orientasi ketuhanan) dan pencapain pada penetahuan
suci yang telah ada dari permulaan sejarah manusia dan dapat dicapai melalui
ekspresi sejarah tentang kebenaran dalam berbagai tradisi atau melalui intuisi
intelektual dan kontemplasi filosofis.
Kunci
pemikiran filsafat Steuco terlihat pada pandangannya bahwa terdapat “prinsip
tunggal dari segala sesuatu” yang satu dan selalu sama dalam pengetahuan semua
manusia. Keunggulan filsafat terletak pada keyakinannya akam adanya satu hikmah
tunggal yang dapat diketahui semua manusia. Dalam konteks sejarah, Steuco
mengatakan bahwa sejarah berjalan seperti perjalanan waktu, tidak mengenal
jaman kegelapan maupun jaman kebangkitan. Hanya ada kesejatian Tunggal yang
mencakup semua periode sejarah yang akan ditemukan oleh mereka yang memang
mencarinya. Teologi sejati tidak lain adalah kesejatian yang diwahyukan dan
sudah dikenal sejak masa awal sejarah manusia. Hikmah dan kesejatian sama
tuanya dengan sejarah manusia.
Menurut
Steuco agama merupakan kemampuan alamiah manusia untuk mencapai kesejatian.
Agama merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk menjadi manusia, dan merupakan
vera philosophia (filsafat sejati) yaitu filasafat yang mengarah kepada
kesalehan dan kontemplasi kepada Tuhan. Filsafat dan agama yang sejati selalu
mendorong untuk menjadi subjek Tuhan, melakukan apa yang tuhan inginkan dan
meninggalkan yang dilarang-Nya, hingga menjadikan “seperti” Tuhan.
Menurut
Steuco filsafat perennial merupakan filsafat yang sudah ada “bahkan semenjak
awal munculnya spesies manusia”. Sebagaimana yang ia utarakan pada
bagian-bagian awal karyanya, Steuco menyatakan bahwa memang ada sebuah
kesejatian tunggal, suatu hikmah tunggal yang ada dan akan selalu ada. Sapientia
ini dapat kita capai dengan melakukan kajian sejarah dimana ia pernah muncul;
atau dengan aplikasi langsung, dengan menggunakan kemampuan intelek yang kita
miliki, dalam suatu kontemplasi filosofis. Hasil pengetahuan ini dapat kita
namakan “Universal Agreement” atau juga “Filasafat Perenial”.
terimakasih atas info nya
ReplyDeleteyang sangat menarik seklai
lanjutkan terus