Ungkapan lama gan. Iya sepatu kaca, berasa idup di saman saman pertengahan kalo kata temen ane yang benernya disebut jaman. Zul, iya itu dia namanya. Balik ke sepatu kaca, ungkapan yang kadang orang
memahaminya terlalu berlebihan menurut ane. Bukan berarti tidak mengerti atau lebih dari sekedar kemengertiannya. Tapi dimanapun sepatu kaca itu tidak terlihat nampak lebih indah ketimbang sepatu lusuh yang dipake seorang perempuan yang merias dirinya tidak semewah mungkin namun mengerti cara penegasan berbicara, bener. Bener, itu sebuah RETORIKA antara positif dan negatif yang tidak relevan.
"Tiada kaca yang tak retak, tak ada gading yang sempurna."
saya senang atas italic yang dibuatnya, seakan menandai bahwa seekor singa yang telah menandai wilayah kekuasaanya. tapi memang benar bahwa perempuan tetap berrealisasi pada emosi (bukan negatif selalu), bedahalnya dengan logic yang dimiliki oleh mahluk berbatang sekalipun. Bumi selalu bergerak, dan apa yang tak dapat di elak? yap, retak. sama seperti apapun ketika sebuah benda membiaskan cahaya dan terlihat apa yang ada didalamnya, itu merupakan sebuah retakan, bukan pecahan. Lain dengan cermin yang sebagian orang paham atas apa yang dia lihat bahwa dunia bisa membulat atas dua tiga dimensi.
Gading pun juga tak ubahnya selalu sempurna, karena ketika gading telah ditinggalkan tuannya, lihat apa yang akan terjadi.. memang apa yang terlihat di mata kita tidak ada yang terlihat sempurna sekalipun, karena sempurna hanya milik Andra & The Back Bone dan ALLAH yang Maha Segalanya.
"Bila terus mencari yang berkriteria, maka di ujung dunia inipun tak sanggup engkau akan menemukannya, sekalipun bumi ini telah engkau potong bak semangka yang matang merona. Jangan Tunggu Datangnya Kebahagiaan, namun Bentuklah Kebahagiaan."
bersambung..
No comments:
Post a Comment
Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)