PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang paling unik diantara makhluk Tuhan lainnya.
Pembicaraan tentang manusia tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Ia
memiliki karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan yang lain. Lebih unik
lagi, setiap individu memiliki kekhasan yang tidak dapat dipersamakan dengan
individu yang lain.
Berbagai keunikan pada manusia memunculkan beragam persoalan meliputi
bagaimana memposisikan diri sebagai individu sekaligus sebagai makhluk social.
Manusia juga perlu memahami sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi yang
kemudian diaktualisasikan dalam berbagai elemen kehidupan. Manusia perlu
mengenali dirinya dan orang lain. Pengenalan ini dimaksudkan untuk mengenali
identitas diri dan orang lain. Manusia yang bertanya ia tentunya paham akan
keberadaannya, ia menyadari dirinya sebagai subjek sekaligus objek bila ia yang
dipertanyakan.
Seluruh persoalan dalam kehidupan ini senantiasa bersinggungan dengan
persoalan manusia. Filsafat adalah salah satu piranti dalam membantu mengatasi
persoalan-persoalan secara ilmiah. Filsafat merupakan ilmu yang dapat
mengantarkan manusia ke dalam hidup yang lebih baik. Berbagai cabang
filsafat pun akhirnya bermuara pada pembahasan mengenai manusia. Filsafat
Manusia adalah ilmu yang mempelajari seluruh realitas manusia (Human and Human
phenomena) dengan menggunakan analisis filosofis untuk mencari hakikat manusia
Di lain pihak, perilaku homoseksual pada sebagian orang dipandang
masyarakat sebagai sesuatu yang harus dihindari. Istilah homoseksualitas
sebagai orientasi seksual menyimpang memberi dampak negatif seperti
stigmatisasi dan pengucilan oleh masyarakat. Di mata masyarakat homoseksual
sering dianggap tak pantas untuk bergaul dengan masyarakat setempat. Sedikit
sekali masyarakat yang mengakui homoseksualitas sebagai bagian dari identitas
diri seseorang.
Dalam makalah ini penulis mencoba melihat kaum homoseksual sebagai subjek
yang bebas mengeluarkan pendapat sama seperti masyarakat lainnya. Kaum homoseksual
merupakan contoh hidup yang tidak selalu baik, bahagia, dan benar dalam
pandangan umum. Namun gambaran ini dapat dijadikan renungan terhadap makna
hidup, pemaknaan diri, kesadaran diri, dan tujuan hidup sebagai individu
ditengah sosialitasnya. Perbedaan seperti warna kulit, etnis agama, nasib dan
sebaginya adalah kenyataan empirik yang sesungguhnya tidak perlu menjadikan
konflik antar manusia. Justru perbedaaan itu harus diterima sebagai sebuah
kekayaan dalam hidup manusia. Kenyataan empirik ini perlu di sikapi dengan
arif, dengan empati, yang akan membangun tatanan kehidupan yang lebih baik
tanpa harus merendahkan yang lain.
Yang terpenting dalam filsafat manusia adalah bagaimana membangun kesadaran
sebagai kata kunci dari pembebasan. Sebab kesadaran dalam mengambil keputusan
tindakan jauh lebih penting daripada tindakan itu sendiri. Meletakkan
otonomi manusia diatas segalanya adalah moral tertinggi dalam hidup manusia.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diidentifikasikan menjadi beberapa masalah antara lain:
a.
Apa konsep hidup dan konsep diri para individu
(manusia) yang berorientasi sebagai homoseksual atau kaum gay?
b.
Bagaimana Peranan
Keluarga bagi komunitas homoseksual khususnya pada komunitas gay?
C.
Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan konsep filsafat khususnya pada Filsafat
Manusia. Sebagai cabang filsafat yang titik tolaknya manusia, melalui titik
tolak Filsafat Manusia ini penulis berusaha melihat konsep hidup dan konsep
diri yang dimiliki oleh para gay yang cenderumg termarginal dalam masyarakat.
Dengan harapan dapat menempatkan para gay itu tidak hanya sebagai bahan kajian
tetapi juga menempatkan mereka sebagai subjek yang bebas menentukan hidup
masing-masing individu.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan adalah:
1.
Bagaimana peranan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia terhadap para komunitas homoseksual khususnya kaum
gay?
2.
Bagaimana konsep diri
dan konsep hidup yang dimilliki kaum gay tersebut?
3.
Upaya apa saja yang
dilakukan para gay dalam menjalankan hidup?
4.
Bagaimana pandangan para
gay terhadap diri sendiri, lingkungan, serta Tuhan?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui peranan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia di Yogyakarta terhadap kaum
homoseksual khususnya kaum gay.
2.
Untuk mengetahui konsep
diri dan konsep hidup yang dimiliki kaum gay
3.
Untuk mengetahui upaya –
upaya apa saja yang dilakukan kaum gay menjalankan hidup
4.
Untuk mengetahui
pandangan kaum gay terhadap diri sendiri, lingkungan, serta Tuhan
F. Manfaat
Peneltian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, antara
lain sebagai berikut:
1.
Mendukung bagi
perkuliahan terutama yang menyangkut mata kuliah Filsafat Manusia
2.
Menumbuhkan rasa
toleransi dan empati terhadap kaum Homoseksual
3.
Meningkatkan rasa
tanggung jawab kemanusiaan dan kepedulian sosial terhadap keberadaan
Homoseksual di masyarakat
4.
Menambah pengalaman
mahasiswa dalam praktek lapangan dan penelitian.
5.
Mengetahui secara
mendalam mengenai kehidupan kaum
Homoseksual.
G. Bidang/Objek
dan Jumlah Responden
Bidang atau objek kegiatan studi ini adalah kaum homoseksual khususnya kaum
gay sebanyak tiga orang yang telah membentuk komunitas dengan nama People
Like Us (PLU) dan telah lama berinteraksi dengan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia sebagai lembaga yang memiliki fokus kajian pada permasalahan
reproduksi dan seksualitas.
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekretariat Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia, Jl. Taman Siswa (Gg. Basuki) Surokarsan Mg II/558 Yogyakarta.
2.
Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dua kali pada tanggal 29 April dan tanggal
2 Mei.
3.
Subjek Penelitian
a.Kepala Divisi
Homoseksual
b.
Komunitas Gay
B. Alat
Pengumpul Data dan Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
perspektif Filsafat manusia mengenai peranan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
terhadap kaum Homoseksual serta konsep hidup yang dimiliki kaum gay sendiri.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
- Peneliti
Peneliti merupakan instrumen dalam penelitian
kualitatif, karena peneliti sebagai perencana, pengumpul data, penafsir data,
dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
- Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara
digunakan sebagai panduan dalam memperoleh informasi yang lebih spesifik.
Berikut ini format wawancara yang digunakan peneliti yaitu dalam bentuk daftar
pertanyaan yang berisi tentang:
1) Apa latar belakang atau faktor yang mendorong berubahnya kepribadian pada
diri kaum homoseksual?
2) Kapan perubahan itu mulai dirasakan?
3) Bagaimana tanggapan dari orang sekitar terhadap perubahan anda?
4) Bagaimana anda bisa sampai pada kehidupan seperti ini?
5) Keinginan seperti apa yang ingin anda peroleh kedepannya?
6) Apakah kedepannya anda mempunyai cita - cita untuk berkeluarga?
7) Apa harapannya?
8) Setelah semuanya terjadi bagaimana
tanggapan anda mengenai konsep diri dan konsep hidup Homoseksual
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.
a)
Wawancara (Interview)
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melibatkan seseorang atau sekelompok orang yang diteliti sebagai informan
(pemberi informasi). Teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak tersusun
dan secara tersusun. Pada teknik wawancara secara tidak tersusun, peneliti
menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak berwawancara (informan).
Sedangkan pada teknik wawancara secara tersusun, paneneliti yang memimpin
pembicaraan.
b) Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1992:131). Metode dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau veriabel berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ligger, agenda dan sebagainya. Dalam
penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa catatan hasil tanya jawab
dengan kepala divisi homoseksual dan komunitas gay
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 di Jakarta, sebagai Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Perkumpulan ini berdiri dilandasi kepedulian terhadap ibu dan
anak. Gagasan ini muncul, karena para pendiri Perkumpulan yaitu Dr. R Soeharto
(dokter pribadi Bung Karno) bersama kawan-kawannya pada saat itu (1957) melihat
angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Kematian ibu cukup tinggi, pada
umumnya karena pendarahan akibat seringnya melahirkan dan kematian anak juga
tinggi antara lain karena proses kelahiran bayi yang kurang sehat dari akibat
kehamilan yang tidak sehat, kekurangan gizi dan kurangnya perawatan pada masa
kehamilan. Untuk merealisasikan cita-cita yang luhur itu maka para pendiri
perkumpulan sepakat mendirikan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat dengan nama
Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia Indonesia (PKBI)
Kemudiaan pada tahun 1967 PKBI
menjadi anggota Federasi Keluarga Berencana Internasional yaitu IPPF
(International Planned Parenthood Federation) yang berkantor pusat di London.
Tahun ini juga merupakan tahun berdirinya PKBI Propinsi D.I.Y. Awal PKBI DIY hanya
sebagai tempat pelatihan dari PKBI pusat tetapi dalam perkembanganya PKBI DIY
mampu mengembangkan program baik remaja maupun suami/istri, dan perempuan yang
belum menikah. Setelah itu berkembang lagi dengan menjangkau komunitas seperti
waria, gay, pekerja rumah tangga, pekerja seks, buruh gendong, tukang becak.
B. Peran PKBI terhadap Kaum Homoseksual
Masyarakat pada umumnya mengejek, membenci dan menolak
kaum gay. Gay merupakan kelompok minoritas yang termarjinal karena dianggap
sebagai penyakit kejiwaan yang harus dihindari. Kehidupan yang penuh dengan
prasangka masyarakat mayoritas merupakan masalah terbesar yang harus mereka
hadapi.
Peran PKBI terhadap kaum gay khususnya komunitas, sama
halnya dengan gerakan perjuangan hak-hak
kaum gay lainnya. Mereka berusaha melakukan penerimaan terhadap kaum gay
sebagai manusia ”normal”. PKBI melihat homoseksual sebagai identitas seseorang
yang pantas untuk diperjuangkan. Homoseksual merupakan given (pemberian) Tuhan
kepada sebagian masyarakat yang membuat mereka sedikit berbeda dengan
masyarakat lain seperti orang yang memiliki rambut keriting dan bertangan kidal.
Mereka berusaha memperjuangkan hak-hak individu kaum gay yang biasanya
tercerabut hanya karena masyarakat mengetahui identitas mereka sebagai seorang
homoseks.
C.
Konsep Hidup dan Konsep
Diri kaum Gay
Komunitas yang kami wawancarai sadar sepenuhnya bahwa orientasi seksual
mereka adalah kepada sesama jenis. Mereka menyukai pasangannya karena sesama
jenis. Seiring dengan kesadaran itu tentu saja melahirkan
konsekuensi-konsekuensi yang harus mereka tanggung. Keberbedaan yang mereka
miliki seringkali dipandang negatif dan diidentikkan dengan hal-hal yang buruk
oleh masyarakat. Dalam menyikapi hal ini mereka berkeyakinan bahwa diri mereka
adalah seorang gay dan itu bukanlah sesuatu yang salah. Gay merupakan identitas
diri mereka yang sesungguhnya dan sudah seharusnyalah masyarakat mengakuinya.
Berusaha merubah diri menjadi heteroseksual berarti menipu diri sendiri dan
akan mengakibatkan terjadinya kekerasan terhadap pihak-pihak lain. Membiarkan
mereka menjalani hidup sebagai seorang gay berarti memutus rantai kekerasan
terhadap perempuan.
Bayangan masa depan mereka tentu sama dengan manusia pada umumnya untuk
mendapatkan kebahagiaan dan hidup berkeluarga. Berkeluarga berarti hidup
bersama dengan orang yang mereka cintai. Pendirian mereka untuk memperjuangkan
identitas sebagai homoseksual bukan berarti mereka menyetujui seks bebas. Hidup
berkeluarga oleh kebanyakan orang adalah menjalankan fungsi reproduksi dan
mendapatkan keturunan. Satu hal yang terlupakan bahwa yang diutamakan dalam
hidup berkeluarga, yaitu fungsi berbagi kasih sayang dengan orang yang dicintai
dan harapan mendapat kebahagiaan dengan hidup bersama tersebut. Bila yang
diutamakan adalah fungsi reproduksi, tentu tidak dapat menjamin terwujudnya
kebahagiaan. Dan seandainya mereka menginginkan keturunan (anak), itu tentu
saja hal yang sangat mungkin terjadi walaupun anak itu tidak lahir dan memang
tidak harus lahir dari rahim mereka sendiri.
·
Pandangan tentang Tuhan
Komunitas gay yang kami wawancarai, mereka berkeyakinan bahwa Tuhan melihat
manusia itu sama dan tidak berbeda. Konsekuensi akan diberikan Tuhan berupa
pahala bagi tiap orang yang melakukan kebaikan dan hukuman akan bagi tiap orang
yang melakukan dosa dan kejahatan. Karena itu, layaknya orang yang menganut
suatu agama, mereka ttetap menjalankan ibadah sesuai keyakinan agama yang
mereka yakini serta berbuat kebaikan. Komunitas bahkan mengagendakan adanya
pengajian bersama dan berdoa sebagai bentuk pengabdian mereka kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa.
·
Pandangan terhadap Sesama
Tidak banyak masyarakat yang bisa menerima eksistensi mereka sebagai
seorang homoseksual. Bahkan terkadang mereka mendapat aksi yang sangat frontal
dari beberapa kalangan masyarakat. Terhadap keadaan ini mereka tidak malah
melawan dengan kekerasan. Perjuangan identitas mereka dihadapan masyarakat
adalah dengan berkarya dan melakukan hal-hal yang berguna bagi masyarakat. Bagi
mereka bukanlah bagaimana mereka berusaha mendapat pernyataan dari masyarakat,
tetapi bagaimana mereka dapat memposisikan diri dalam masyarakat. Yang
membedakan mereka dengan orang lain hanyalah orientasi seksual yang mereka
miliki.
·
Pandangan dalam Lingkungan
Dalam lingkungan, mereka memposisikan diri sama layaknya orang
heteroseksual memposisikan diri dalam lingkungan. Adakalanya mereka
menyembunyikan identitas mereka sebagai seorang gay untuk menghindari
diskriminasi yang mungkin akan mereka dapat dari lingkungan sekitar. Harapan
mereka adalah masyarakat dapat menerima eksistensi mereka yang sesungguhnya.
Banyaknya orang yang tidak dapat menerima identitas mereka sebagai seorang gay
membuat mereka tidak bebas menyuarakan pendapat dan aspirasi. Hal ini jelas terjadi
saat mereka membuat aksi terhadap kasus Rian. Mereka menyuarakan Rian segera di
hukum agar tidak meresahkan masyarakat. Tetapi yang terjadi, masyarakat malah
melihat bahwa mereka sedang membela Rian karena berorientasi seksual sama
seperti mereka.
D. Evaluasi Melalui Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah ilmu yang mempelajari seluruh realitas manusia
dengan menggunakan analisis filosofis untuk mencari hakikat manusia. Setelah
peneliti melakukan wawancara dengan kaum gay dalam komunitas People Like Us,
dapat dilihat bahwa mereka seperti halnya orang normal lainnya, melakukan
pengalaman biasa seperti makan, minum, dan lain-lain. Mereka juga melakukan
pengalaman pra-filosofis seperti merasakan cinta yang diwujudkan dengan berbagi
kasih sayang dengan pasangannya sesama jenis. Dan sampai tingkat tertentu
mereka melakukan pengalaman asasi seperti memikirkan masa depan.
Selain itu mereka bertindak secara individual dan melakukan sosialitas
sesuai dengan kodrat manusia dan dalam batas sewajarnya. Mereka sadar bahwa
mereka berhubungan dengan realitas lain diluar dirinya sehingga mereka berusaha
untuk memberi arti pada orang lain. Komunikasi yang mereka gunakan adalah
bahasa yang biasanya juga digunakan oleh orang Indonesia lainnya dalam
kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa mereka tidak menggunakan
simbol-simbol tertentu dalam berkomunikasi atau yang membedakan mereka dengan
kelompok masyarakat lain bahkan yang menandakan sebagai anggota kelompok
tertentu.
Sebagai makhluk yang bebas, mereka memutuskan diri untuk menjadi seorang
gay. Konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai seorang gay adalah bahwa
mereka tidak mengikuti pola orientasi seksual yang ada pada masyarakat
kebanyakan, bahwa seorang pria harus berpasangan dengan seorang wanita, dalam arti
mereka berorientasi seksual kepada sesama jenis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah penulis lakukan, dalam kegiatan studi
Filsafat Manusia mengenai konsep hidup dan konsep diri kaum homoseksual
khususnya kaum gay dalam komunitas PLU (people like us) ini dapat
diambil beberapa kesimpulan:
1.
Peran PKBI dalam
membantu komunitas homoseksual adalah mendukung identitas homoseksual dan
berusaha memperjuangkan hak-haknya yang terabaikan agar mereka dapat diakui
dari sisi kemanusiaan.
2.
Konsep hidup mereka seperi
layaknya orang-orang pada umumnya, tetap memandang positf dan menjalankan hidup
sesuai pilihannya masing-masing.
3.
Dalam usaha
memperjuangkan identitasnya, mereka mencari komunitas yang sejalan dengan
mereka kemudian berusaha menciptakan kehidupan yang harmonis bersama masyarakat
disekitarnya.
4.
Terhadap Tuhan, mereka tetap
beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing, walaupun berbeda dengan
masyarakat kebanyakan tapi dimata Tuhan semua sama. Dalam bersosisalisasi,
mereka hidup sewajarnya, tapi tetap membatasi diri dalam mengekspresikan
perasaaan pada pasangannya, sebagai upaya menjaga norma yang berlaku dilingkungan
masyarakat.
B. Saran
Diharapkan
bagi maasyarakat agar lebih memanusiakan kaum homo seksual karena pada
hakikatnya semua manusia sama dimata Tuhan, lebih mengusung lagi adanya
toleransi satu sama lain dan tidak meminoritaskan kaum homoseksual. Esensi hidup yang berbeda pada setiap orang diharapkan bisa menyatukan
perbedaan yang ada, tidak ada lagi pandangan miring tentang penyuka sesama
jenis. Dan lebih mengenal lagi kaum homoseksual yang selama ini didiskriminasi,
agar kita bisa hidup berdampingan.
Lampiran.
Gambar 1.1 Gambar
1.2
Keterangan Gambar
Gambar 1.1 : Anggota Komunitas Gay di PKBI
Gambar 1.2 : Lokasi wawancara tampak depan
No comments:
Post a Comment
Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)