Feb 10, 2015

Gay sebagai Orientasi SeksuaI Ditinjau Prespektif Filsafat Manusia

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang paling unik diantara makhluk Tuhan lainnya. Pembicaraan tentang manusia tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Ia memiliki karakteristik yang tidak dapat disamakan dengan yang lain. Lebih unik lagi, setiap individu memiliki kekhasan yang tidak dapat dipersamakan dengan individu yang lain.

Berbagai keunikan pada manusia memunculkan beragam persoalan meliputi bagaimana memposisikan diri sebagai individu sekaligus sebagai makhluk social. Manusia juga perlu memahami sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi yang kemudian diaktualisasikan dalam berbagai elemen kehidupan. Manusia perlu mengenali dirinya dan orang lain. Pengenalan ini dimaksudkan untuk mengenali identitas diri dan orang lain. Manusia yang bertanya ia tentunya paham akan keberadaannya, ia menyadari dirinya sebagai subjek sekaligus objek bila ia yang dipertanyakan.
Seluruh persoalan dalam kehidupan ini senantiasa bersinggungan dengan persoalan manusia. Filsafat adalah salah satu piranti dalam membantu mengatasi persoalan-persoalan secara ilmiah. Filsafat merupakan ilmu yang dapat mengantarkan manusia ke dalam hidup yang lebih baik. Berbagai cabang filsafat pun akhirnya bermuara pada pembahasan mengenai manusia. Filsafat Manusia adalah ilmu yang mempelajari seluruh realitas manusia (Human and Human phenomena) dengan menggunakan analisis filosofis untuk mencari hakikat manusia
Di lain pihak, perilaku homoseksual pada sebagian orang dipandang masyarakat sebagai sesuatu yang harus dihindari. Istilah homoseksualitas sebagai orientasi seksual menyimpang memberi dampak negatif seperti stigmatisasi dan pengucilan oleh masyarakat. Di mata masyarakat homoseksual sering dianggap tak pantas untuk bergaul dengan masyarakat setempat. Sedikit sekali masyarakat yang mengakui homoseksualitas sebagai bagian dari identitas diri seseorang.
Dalam makalah ini penulis mencoba melihat kaum homoseksual sebagai subjek yang bebas mengeluarkan pendapat sama seperti masyarakat lainnya. Kaum homoseksual merupakan contoh hidup yang tidak selalu baik, bahagia, dan benar dalam pandangan umum. Namun gambaran ini dapat dijadikan renungan terhadap makna hidup, pemaknaan diri, kesadaran diri, dan tujuan hidup sebagai individu ditengah sosialitasnya. Perbedaan seperti warna kulit, etnis agama, nasib dan sebaginya adalah kenyataan empirik yang sesungguhnya tidak perlu menjadikan konflik antar manusia. Justru perbedaaan itu harus diterima sebagai sebuah kekayaan dalam hidup manusia. Kenyataan empirik ini perlu di sikapi dengan arif, dengan empati, yang akan membangun tatanan kehidupan yang lebih baik tanpa harus merendahkan yang lain.
Yang terpenting dalam filsafat manusia adalah bagaimana membangun kesadaran sebagai kata kunci dari pembebasan. Sebab kesadaran dalam mengambil keputusan tindakan jauh lebih penting daripada tindakan itu sendiri. Meletakkan otonomi manusia diatas segalanya adalah moral tertinggi dalam hidup manusia.
                      
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diidentifikasikan menjadi beberapa masalah antara lain:
a.       Apa  konsep hidup dan konsep diri para individu (manusia) yang berorientasi sebagai homoseksual atau kaum gay?
b.       Bagaimana Peranan Keluarga bagi komunitas homoseksual khususnya pada komunitas gay?


C.      Batasan  Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan konsep filsafat khususnya pada Filsafat Manusia. Sebagai cabang filsafat yang titik tolaknya manusia, melalui titik tolak Filsafat Manusia ini penulis berusaha melihat konsep hidup dan konsep diri yang dimiliki oleh para gay yang cenderumg termarginal dalam masyarakat. Dengan harapan dapat menempatkan para gay itu tidak hanya sebagai bahan kajian tetapi juga menempatkan mereka sebagai subjek yang bebas menentukan hidup masing-masing individu.

D.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan adalah:
1.      Bagaimana peranan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia terhadap para komunitas homoseksual khususnya kaum gay?
2.      Bagaimana konsep diri dan konsep hidup yang dimilliki kaum gay tersebut?
3.      Upaya apa saja yang dilakukan para gay dalam menjalankan hidup?
4.      Bagaimana pandangan para gay terhadap diri sendiri, lingkungan, serta Tuhan?

E.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui peranan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia di Yogyakarta terhadap kaum homoseksual khususnya kaum gay.
2.      Untuk mengetahui konsep diri dan konsep hidup yang dimiliki kaum gay
3.      Untuk mengetahui upaya – upaya apa saja yang dilakukan kaum gay menjalankan hidup
4.      Untuk mengetahui pandangan kaum gay terhadap diri sendiri, lingkungan, serta Tuhan

F.   Manfaat Peneltian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut:
1.       Mendukung bagi perkuliahan terutama yang menyangkut mata kuliah Filsafat Manusia
2.       Menumbuhkan rasa toleransi dan empati terhadap kaum Homoseksual
3.       Meningkatkan rasa tanggung jawab kemanusiaan dan kepedulian sosial terhadap keberadaan Homoseksual di masyarakat
4.       Menambah pengalaman mahasiswa dalam praktek lapangan dan penelitian.
5.       Mengetahui secara mendalam mengenai kehidupan  kaum Homoseksual.

G.  Bidang/Objek dan Jumlah Responden
Bidang atau objek kegiatan studi ini adalah kaum homoseksual khususnya kaum gay sebanyak tiga orang yang telah membentuk komunitas dengan nama People Like Us (PLU) dan telah lama berinteraksi dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia sebagai lembaga yang memiliki fokus kajian pada permasalahan reproduksi dan seksualitas.




METODE PENELITIAN

A.     Setting Penelitian
1.         Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekretariat Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Jl. Taman Siswa (Gg. Basuki) Surokarsan Mg II/558 Yogyakarta.
2.         Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dua kali pada tanggal 29 April dan tanggal 2 Mei.
3.         Subjek Penelitian
a.Kepala Divisi Homoseksual
b.         Komunitas Gay

B.     Alat Pengumpul Data dan Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan perspektif Filsafat manusia mengenai peranan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia terhadap kaum Homoseksual serta konsep hidup yang dimiliki kaum gay sendiri.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
  1. Peneliti
Peneliti merupakan instrumen dalam penelitian kualitatif, karena peneliti sebagai perencana, pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian.
  1. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai panduan dalam memperoleh informasi yang lebih spesifik. Berikut ini format wawancara yang digunakan peneliti yaitu dalam bentuk daftar pertanyaan yang berisi tentang:
1)     Apa latar belakang atau faktor yang mendorong berubahnya kepribadian pada diri kaum homoseksual?
2)     Kapan perubahan itu mulai dirasakan?
3)     Bagaimana tanggapan dari orang sekitar terhadap perubahan anda?
4)     Bagaimana anda bisa sampai pada kehidupan seperti ini?
5)     Keinginan seperti apa yang ingin anda peroleh kedepannya?
6)     Apakah kedepannya anda mempunyai cita - cita  untuk berkeluarga?
7)     Apa harapannya?
8)     Setelah semuanya terjadi  bagaimana tanggapan anda mengenai konsep diri dan konsep hidup Homoseksual
3.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.
a)      Wawancara (Interview)
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara melibatkan seseorang atau sekelompok orang yang diteliti sebagai informan (pemberi informasi). Teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak tersusun dan secara tersusun. Pada teknik wawancara secara tidak tersusun, peneliti menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak berwawancara (informan). Sedangkan pada teknik wawancara secara tersusun, paneneliti yang memimpin pembicaraan.
b)     Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (1992:131). Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau veriabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ligger, agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa catatan hasil tanya jawab dengan kepala divisi homoseksual dan komunitas gay





HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
        Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) didirikan pada tanggal 23 Desember  1957 di Jakarta, sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Perkumpulan ini berdiri dilandasi kepedulian terhadap ibu dan anak. Gagasan ini muncul, karena para pendiri Perkumpulan yaitu Dr. R Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) bersama kawan-kawannya pada saat itu (1957) melihat angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Kematian ibu cukup tinggi, pada umumnya karena pendarahan akibat seringnya melahirkan dan kematian anak juga tinggi antara lain karena proses kelahiran bayi yang kurang sehat dari akibat kehamilan yang tidak sehat, kekurangan gizi dan kurangnya perawatan pada masa kehamilan. Untuk merealisasikan cita-cita yang luhur itu maka para pendiri perkumpulan sepakat mendirikan suatu Lembaga Swadaya Masyarakat dengan nama Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia Indonesia (PKBI)
        Kemudiaan pada tahun 1967 PKBI menjadi anggota Federasi Keluarga Berencana Internasional yaitu IPPF (International Planned Parenthood Federation) yang berkantor pusat di London. Tahun ini juga merupakan tahun berdirinya PKBI Propinsi D.I.Y. Awal PKBI DIY hanya sebagai tempat pelatihan dari PKBI pusat tetapi dalam perkembanganya PKBI DIY mampu mengembangkan program baik remaja maupun suami/istri, dan perempuan yang belum menikah. Setelah itu berkembang lagi dengan menjangkau komunitas seperti waria, gay, pekerja rumah tangga, pekerja seks, buruh gendong, tukang becak.

B.     Peran PKBI terhadap Kaum Homoseksual
Masyarakat pada umumnya mengejek, membenci dan menolak kaum gay. Gay merupakan kelompok minoritas yang termarjinal karena dianggap sebagai penyakit kejiwaan yang harus dihindari. Kehidupan yang penuh dengan prasangka masyarakat mayoritas merupakan masalah terbesar yang harus mereka hadapi.
Peran PKBI terhadap kaum gay khususnya komunitas, sama halnya dengan  gerakan perjuangan hak-hak kaum gay lainnya. Mereka berusaha melakukan penerimaan terhadap kaum gay sebagai manusia ”normal”. PKBI melihat homoseksual sebagai identitas seseorang yang pantas untuk diperjuangkan. Homoseksual merupakan given (pemberian) Tuhan kepada sebagian masyarakat yang membuat mereka sedikit berbeda dengan masyarakat lain seperti orang yang memiliki rambut keriting dan bertangan kidal. Mereka berusaha memperjuangkan hak-hak individu kaum gay yang biasanya tercerabut hanya karena masyarakat mengetahui identitas mereka sebagai seorang homoseks.

C.      Konsep Hidup dan Konsep Diri kaum Gay
Komunitas yang kami wawancarai sadar sepenuhnya bahwa orientasi seksual mereka adalah kepada sesama jenis. Mereka menyukai pasangannya karena sesama jenis. Seiring dengan kesadaran itu tentu saja melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang harus mereka tanggung. Keberbedaan yang mereka miliki seringkali dipandang negatif dan diidentikkan dengan hal-hal yang buruk oleh masyarakat. Dalam menyikapi hal ini mereka berkeyakinan bahwa diri mereka adalah seorang gay dan itu bukanlah sesuatu yang salah. Gay merupakan identitas diri mereka yang sesungguhnya dan sudah seharusnyalah masyarakat mengakuinya. Berusaha merubah diri menjadi heteroseksual berarti menipu diri sendiri dan akan mengakibatkan terjadinya kekerasan terhadap pihak-pihak lain. Membiarkan mereka menjalani hidup sebagai seorang gay berarti memutus rantai kekerasan terhadap perempuan.
Bayangan masa depan mereka tentu sama dengan manusia pada umumnya untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup berkeluarga. Berkeluarga berarti hidup bersama dengan orang yang mereka cintai. Pendirian mereka untuk memperjuangkan identitas sebagai homoseksual bukan berarti mereka menyetujui seks bebas. Hidup berkeluarga oleh kebanyakan orang adalah menjalankan fungsi reproduksi dan mendapatkan keturunan. Satu hal yang terlupakan bahwa yang diutamakan dalam hidup berkeluarga, yaitu fungsi berbagi kasih sayang dengan orang yang dicintai dan harapan mendapat kebahagiaan dengan hidup bersama tersebut. Bila yang diutamakan adalah fungsi reproduksi, tentu tidak dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan. Dan seandainya mereka menginginkan keturunan (anak), itu tentu saja hal yang sangat mungkin terjadi walaupun anak itu tidak lahir dan memang tidak harus lahir dari rahim mereka sendiri.


·   Pandangan tentang Tuhan
Komunitas gay yang kami wawancarai, mereka berkeyakinan bahwa Tuhan melihat manusia itu sama dan tidak berbeda. Konsekuensi akan diberikan Tuhan berupa pahala bagi tiap orang yang melakukan kebaikan dan hukuman akan bagi tiap orang yang melakukan dosa dan kejahatan. Karena itu, layaknya orang yang menganut suatu agama, mereka ttetap menjalankan ibadah sesuai keyakinan agama yang mereka yakini serta berbuat kebaikan. Komunitas bahkan mengagendakan adanya pengajian bersama dan berdoa sebagai bentuk pengabdian mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
·         Pandangan terhadap  Sesama
Tidak banyak masyarakat yang bisa menerima eksistensi mereka sebagai seorang homoseksual. Bahkan terkadang mereka mendapat aksi yang sangat frontal dari beberapa kalangan masyarakat. Terhadap keadaan ini mereka tidak malah melawan dengan kekerasan. Perjuangan identitas mereka dihadapan masyarakat adalah dengan berkarya dan melakukan hal-hal yang berguna bagi masyarakat. Bagi mereka bukanlah bagaimana mereka berusaha mendapat pernyataan dari masyarakat, tetapi bagaimana mereka dapat memposisikan diri dalam masyarakat. Yang membedakan mereka dengan orang lain hanyalah orientasi seksual yang mereka miliki.
·         Pandangan dalam Lingkungan
Dalam lingkungan, mereka memposisikan diri sama layaknya orang heteroseksual memposisikan diri dalam lingkungan. Adakalanya mereka menyembunyikan identitas mereka sebagai seorang gay untuk menghindari diskriminasi yang mungkin akan mereka dapat dari lingkungan sekitar. Harapan mereka adalah masyarakat dapat menerima eksistensi mereka yang sesungguhnya. Banyaknya orang yang tidak dapat menerima identitas mereka sebagai seorang gay membuat mereka tidak bebas menyuarakan pendapat dan aspirasi. Hal ini jelas terjadi saat mereka membuat aksi terhadap kasus Rian. Mereka menyuarakan Rian segera di hukum agar tidak meresahkan masyarakat. Tetapi yang terjadi, masyarakat malah melihat bahwa mereka sedang membela Rian karena berorientasi seksual sama seperti mereka.


D.     Evaluasi Melalui Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah ilmu yang mempelajari seluruh realitas manusia dengan menggunakan analisis filosofis untuk mencari hakikat manusia. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan kaum gay dalam komunitas People Like Us, dapat dilihat bahwa mereka seperti halnya orang normal lainnya, melakukan pengalaman biasa seperti makan, minum, dan lain-lain. Mereka juga melakukan pengalaman pra-filosofis seperti merasakan cinta yang diwujudkan dengan berbagi kasih sayang dengan pasangannya sesama jenis. Dan sampai tingkat tertentu mereka melakukan pengalaman asasi seperti memikirkan masa depan.
Selain itu mereka bertindak secara individual dan melakukan sosialitas sesuai dengan kodrat manusia dan dalam batas sewajarnya. Mereka sadar bahwa mereka berhubungan dengan realitas lain diluar dirinya sehingga mereka berusaha untuk memberi arti pada orang lain. Komunikasi yang mereka gunakan adalah bahasa yang biasanya juga digunakan oleh orang Indonesia lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa mereka tidak menggunakan simbol-simbol tertentu dalam berkomunikasi atau yang membedakan mereka dengan kelompok masyarakat lain bahkan yang menandakan sebagai anggota kelompok tertentu.
Sebagai makhluk yang bebas, mereka memutuskan diri untuk menjadi seorang gay. Konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai seorang gay adalah bahwa mereka tidak mengikuti pola orientasi seksual yang ada pada masyarakat kebanyakan, bahwa seorang pria harus berpasangan dengan seorang wanita, dalam arti mereka berorientasi seksual kepada sesama jenis.






PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah penulis lakukan, dalam kegiatan studi Filsafat Manusia mengenai konsep hidup dan konsep diri kaum homoseksual khususnya kaum gay dalam komunitas PLU (people like us) ini dapat diambil beberapa kesimpulan:
1.       Peran PKBI dalam membantu komunitas homoseksual adalah mendukung identitas homoseksual dan berusaha memperjuangkan hak-haknya yang terabaikan agar mereka dapat diakui dari sisi kemanusiaan.
2.       Konsep hidup mereka seperi layaknya orang-orang pada umumnya, tetap memandang positf dan menjalankan hidup sesuai pilihannya masing-masing.
3.       Dalam usaha memperjuangkan identitasnya, mereka mencari komunitas yang sejalan dengan mereka kemudian berusaha menciptakan kehidupan yang harmonis bersama masyarakat disekitarnya.
4.       Terhadap Tuhan, mereka tetap beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing, walaupun berbeda dengan masyarakat kebanyakan tapi dimata Tuhan semua sama. Dalam bersosisalisasi, mereka hidup sewajarnya, tapi tetap membatasi diri dalam mengekspresikan perasaaan pada pasangannya, sebagai upaya menjaga norma yang berlaku dilingkungan masyarakat.
B.     Saran
Diharapkan bagi maasyarakat agar lebih memanusiakan kaum homo seksual karena pada hakikatnya semua manusia sama dimata Tuhan, lebih mengusung lagi adanya toleransi satu sama lain dan tidak meminoritaskan kaum homoseksual. Esensi hidup yang berbeda pada setiap orang diharapkan bisa menyatukan perbedaan yang ada, tidak ada lagi pandangan miring tentang penyuka sesama jenis. Dan lebih mengenal lagi kaum homoseksual yang selama ini didiskriminasi, agar kita bisa hidup berdampingan.






Lampiran.














Gambar 1.1                                                    Gambar 1.2   


      
Keterangan Gambar
Gambar 1.1 : Anggota Komunitas Gay di PKBI
Gambar 1.2 : Lokasi wawancara tampak depan


No comments:

Post a Comment

Pada "Comment as:" kamu bisa pilih Anonymous atau Name/URL ;)